Sabtu, 05 Maret 2016
Ajal
sebulan yang lalu ada lomba untuk membuat sebuah puisi dari daerah asal, dulu gue sangat suka jadi manusia sok puitis, ahahhaha aslinya mah kampret gue sendiri aja ga ngeri apa yang gue tulis, aaaaaaaaaa. ahahahah, but i fell free when im write my fell in undifinited text. so why? gue ngirim salah satu puisi gue pas sudah menginjak bangku perkuliahan :D ahahah atau tepatnya ini satu-satunya puisi yang gue tulis serius waktu menginjak bangku perkuliahan, not bad kalo menurut gue, ga tau menurut kalian :D ahahaha dan kayaknya puisi gue ga masuk nominasi deh, ya gapapa sih gue yang nulis puisi cuman sesekali trus berharap menang kayaknya kurang adil sama mereka yang menekuni seni ini dengan serius, tapi semoga kalian yang nyasar baca blog ini ngerti arti puisi gue, walau ga sebagus puisi-puisi yang seharusnya. cekidotttttt.
Ajal
Hahhh … Hahhhh
Mata yang melotot di pembaringan
Nafas tersengal bak ajal tengah sampai
Tiada jauh barang sejengkal
Sabit sang pencabut nyawa
Seperti tersenyum mengucap salam
Salam pada leher dan nyawaku
Bangun !!! Lari !!!
Dua kata yang
ingin kuteriakkan
Jangankan
termuntahkan dari mulutku
Malah
mengaung dibenakku tiada henti
Apa dayaku
melawan takdir ?
Pertanyaan
bodoh disela pejaman mataku
Menghadirkan
kedutan manis dibibir ini
Tiada
penyesalan
Hidup … Mati …
Apakah arti keduanya
Tidak sepolos pikir anak-anak tak berdosa
Hidup kau melangkah
Mati kau dilangkah
Salahkah ucapku begitu ?
Salahkan tangan kakimu
Jikalau membiarkanku
tak berdaya
Menanti ajal dipembaringan
Karna aku…
Telah
memutuskan ajalku
Tepat
saat mataku menumukan sosokmu
Inilah
hutangku…
Bukan
pada tuhan, manusia atau dirimu
Tapi pada tubuhku
Yang
kusiksa demi bersinar dimatamu
Inilah
aku…
Dan
sedikit kesungguhanku
Akan
istana kecil kita bersama.
Langganan:
Postingan (Atom)